Ekspedisi Patriot ITB Telusuri Dampak Transmigrasi di Senggi: Menguatkan Infrastruktur di Perbatasan
Tim Ekspedisi Patriot ITB melakukan kajian mendalam selama hampir tiga bulan di Distrik Senggi, Kabupaten Keerom—wilayah perbatasan Indonesia–PNG.
Papuanewsonline.com - 02 Des 2025, 04:16 WIT
Papuanewsonline.com/ Ekonomi
Papuanewsonline.com, Keerom - Distrik Senggi di Kabupaten Keerom, yang berada tepat di garis depan Indonesia dan berbatasan langsung dengan Papua Nugini, selama ini dikenal sebagai kawasan yang menghadapi banyak tantangan pembangunan. Sebagai wilayah terluar sekaligus titik strategis nasional, Senggi memegang peran penting untuk menjaga batas negara serta memperkuat kehidupan masyarakat perbatasan.
Atas dasar kepedulian terhadap wilayah 3T itulah Tim
Ekspedisi Patriot dari Institut Teknologi Bandung (ITB) hadir sejak awal
September 2025 untuk melakukan evaluasi komprehensif terhadap program
transmigrasi yang telah berlangsung hampir tiga puluh tahun. Program tersebut
melahirkan Kampung Woslay sebagai pusat SP1 dan SP2, yang saat ini tengah
dipersiapkan menjadi kampung definitif bernama Kampung Soom.
Selama hampir tiga bulan, tim yang dipimpin oleh Abdul Rohman Supandi melakukan serangkaian FGD dan musyawarah kampung untuk mendengar langsung aspirasi warga. Kehadiran tim disambut hangat oleh berbagai unsur masyarakat—baik Kepala Distrik, kepala kampung, Ondoafi, guru, kader kesehatan, OAP, maupun transmigran—yang menunjukkan besarnya keinginan warga Senggi untuk terlibat dalam proses pembangunan.

Kepala Distrik Senggi, Daud Yunam, menilai bahwa kajian yang
dilakukan tim ITB memberikan gambaran lebih jelas mengenai perubahan yang
dibawa transmigrasi. Ia melihat kunjungan para akademisi ini sebagai bentuk
perhatian negara kepada masyarakat perbatasan yang selama ini menjaga wilayah
NKRI. Sejumlah warga OAP menyampaikan bahwa program transmigrasi membawa dampak
positif seperti bertambahnya fasilitas dasar, meningkatnya aktivitas pertanian,
dan tumbuhnya ekonomi lokal. Bahkan, Yance Wambaliau, Ondoafi Kampung Warlef,
mengungkapkan kebanggaannya bahwa pembangunan di Papua dinilai lebih maju
dibanding wilayah tetangga di Papua Nugini.
Di sisi lain, masyarakat juga menyampaikan kebutuhan
mendesak untuk masa depan. Para guru dan kepala kampung berharap perbaikan
pendidikan dapat diprioritaskan, mulai dari bangunan sekolah, tenaga pengajar,
hingga sarana belajar. Warga juga menyoroti perlunya tenaga medis, stok obat
yang memadai, serta fasilitas kesehatan yang lebih baik. Kampung seperti Usku,
Namla, dan Molof masih memerlukan jaringan listrik untuk mendukung aktivitas
harian dan pengembangan ekonomi. Masyarakat OAP turut menegaskan bahwa pembangunan
harus tetap menghormati adat, budaya, serta tanah leluhur.
Potret kerukunan di Senggi menjadi salah satu temuan
penting. Ayub Mangul, KUPT SP1 yang berasal dari komunitas OAP, menuturkan
bahwa hubungan antara warga OAP dan transmigran berjalan harmonis dan saling
menopang. Hal serupa dirasakan Hatta, transmigran di SP2 yang mengembangkan
pertanian dan peternakan kecil, dan merasa diterima sepenuhnya oleh masyarakat
adat. Meski demikian, beberapa warga OAP berharap agar keterampilan pertanian
dapat dibagi lebih merata oleh para transmigran.
Ketua Tim Ekspedisi Patriot, Abdul Rohman Supandi, menilai bahwa program transmigrasi telah berkontribusi dalam pemerataan penduduk dan mempercepat pembangunan wilayah 3T. Ia memastikan bahwa seluruh masukan masyarakat akan dirangkum sebagai rekomendasi untuk memperkuat kebijakan, dengan pendekatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan lokal. Baginya, pembangunan perbatasan tidak hanya tentang infrastruktur, tetapi juga kerukunan, keberlanjutan budaya, dan masa depan yang inklusif.

Serangkaian diskusi dan kunjungan lapangan ini menegaskan bahwa masyarakat OAP dan transmigran di Senggi memiliki tujuan bersama: membangun wilayah yang aman, rukun, dan sejahtera. Kolaborasi antarwarga menjadi modal penting dalam menjaga martabat Papua sebagai pintu depan NKRI dan memperkuat posisi strategis Distrik Senggi sebagai beranda timur bangsa.
Penulis: Abdul Rohman Supandi, Ph.D. dan tim eskpedisi
patriot
Editor: GF