Malaria di Mimika Menurun: Dinas Kesehatan Terus Tingkatkan Pelayanan Berkualitas
Reynold Rizal Ubra: “Turunnya angka malaria adalah hasil kerja keras bersama lintas sektor, tenaga kesehatan, dan kesadaran masyarakat yang terus meningkat.”
Papuanewsonline.com - 11 Nov 2025, 16:37 WIT
Papuanewsonline.com/ Pendidikan & Kesehatan
Papuanewsonline.com, Timika — Upaya Pemerintah Kabupaten Mimika dalam memperkuat pelayanan kesehatan publik mulai menunjukkan hasil menggembirakan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Mimika, angka penderita malaria di wilayah tersebut menurun dari 21 persen pada tahun 2020 menjadi 18,2 persen pada 2025.
Capaian ini menjadi indikator
penting keberhasilan pemerintah daerah dalam mengendalikan salah satu penyakit
endemik yang selama ini menjadi tantangan besar di wilayah Papua Tengah.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold Rizal Ubra, saat membuka Rapat Kerja
Kesehatan Daerah (Rakerkesda) ke-III Tahun 2025 di Timika, Selasa (11/11/2025).
“Kami menyambut gembira
pelaksanaan Rakerkesda di Kabupaten Mimika. Forum ini menjadi sarana penting
bagi seluruh kabupaten di Papua Tengah untuk berbagi strategi dan memperkuat
sinergi antar daerah dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,” ujar Reynold
di hadapan peserta yang terdiri dari perwakilan Dinas Kesehatan kabupaten/kota,
rumah sakit, puskesmas, dan mitra pembangunan.
Dalam paparannya, Reynold
menjelaskan bahwa Mimika memiliki posisi strategis dalam sistem pelayanan
kesehatan di Papua Tengah. Dengan wilayah administratif yang luas dan populasi
mencapai lebih dari 329 ribu jiwa, Mimika menjadi daerah rujukan utama bagi
layanan kesehatan di kawasan sekitarnya.
Saat ini, Kabupaten Mimika
memiliki 26 puskesmas yang tersebar di 18 distrik serta tujuh rumah sakit,
termasuk RSUD Mimika yang telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Regional
sejak 2019.
Selain itu, jumlah tenaga
kesehatan di Mimika mencapai lebih dari 3.000 orang yang telah teregistrasi
secara nasional.
“Ketersediaan SDM kesehatan ini
menjadi kekuatan utama kami untuk memastikan setiap warga Mimika, dari pesisir
hingga pegunungan, mendapatkan layanan kesehatan yang layak,” jelas Reynold.
Penurunan angka malaria, menurut
Reynold, tidak terjadi begitu saja. Dinkes Mimika selama lima tahun terakhir
gencar melakukan pendekatan komprehensif berbasis pencegahan, mulai dari
penyemprotan insektisida, pembagian kelambu berinsektisida, hingga kampanye
kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
Program edukasi kesehatan juga
digencarkan melalui kolaborasi dengan sekolah, tokoh masyarakat, dan lembaga
keagamaan.
“Kami tidak hanya fokus pada
pengobatan, tetapi juga membangun kesadaran masyarakat untuk mencegah. Karena
malaria tidak bisa diberantas hanya dengan obat, tetapi dengan perubahan
perilaku,” ujar Reynold menegaskan.
Selain program lapangan, Dinkes
Mimika juga mulai menerapkan digitalisasi layanan kesehatan yang terintegrasi
dengan BPJS Kesehatan dan sistem rujukan nasional (SISRUTE). Dengan sistem ini, masyarakat bisa lebih mudah mengakses informasi layanan,
membuat rujukan online, hingga melakukan pemantauan hasil pemeriksaan kesehatan
tanpa harus datang langsung ke fasilitas kesehatan.
Rakerkesda ke-III ini tidak hanya
menjadi forum koordinasi antar daerah, tetapi juga menjadi ajang pertukaran
gagasan inovatif untuk memperkuat sistem kesehatan di wilayah Papua Tengah. Dalam
kegiatan tersebut, berbagai isu strategis dibahas, mulai dari pengendalian
penyakit menular, peningkatan gizi masyarakat, hingga penguatan sistem
informasi kesehatan berbasis digital.
Reynold berharap hasil dari
Rakerkesda ini dapat menjadi pedoman konkret bagi setiap daerah dalam menyusun
kebijakan kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Penulis: Jidan
Editor: GF