Rp30 Miliar DAK Menguap, Dua OPD Mimika Disorot
Kepala BPKAD Mimika beberkan tujuh kegiatan di Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan gagal berkontrak, dana tak akan ditransfer pusat dan berpotensi memengaruhi alokasi DAK tahun depan.
Papuanewsonline.com - 01 Sep 2025, 16:35 WIT
Papuanewsonline.com/ Politik & Pemerintahan

Papuanewsonline.com, Mimika – Isu pengelolaan anggaran kembali menjadi sorotan di Kabupaten Mimika. Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Mimika, Marthen Malissa, mengungkapkan fakta mengejutkan: dana sebesar Rp30,7 miliar dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dipastikan hangus setelah gagal berkontrak di dua Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Menurut Marthen, kegagalan
tersebut terjadi di Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan, dua sektor vital yang
seharusnya menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
“Di Dinas Pendidikan ada tiga
kegiatan yang tidak berkontrak dengan total anggaran Rp4,25 miliar. Sedangkan
di Dinas Kesehatan terdapat empat kegiatan dengan nilai Rp26,5 miliar yang juga
tidak berkontrak,” jelas Marthen saat diwawancarai awak media, Senin
(1/9/2025).
Marthen menegaskan, dana yang
tidak terserap otomatis tidak akan ditransfer oleh pemerintah pusat. Artinya,
program-program yang sudah direncanakan dalam pos DAK tersebut tidak bisa
berjalan.
“Total dana dari dua OPD itu
mencapai Rp30,75 miliar. Karena tidak berkontrak, maka dana itu tidak
diturunkan dari pusat. Konsekuensinya, masyarakat yang sebenarnya berhak
menerima manfaat justru tidak mendapatkannya,” ujarnya.
Kepala BPKAD itu juga
mengingatkan bahwa kegagalan kontrak ini bukan sekadar kehilangan dana tahun
berjalan. Dampaknya bisa lebih besar: mengurangi kepercayaan pusat terhadap
kemampuan daerah dalam mengelola anggaran.
“Kementerian Keuangan sudah
menekankan soal efisiensi anggaran. Jika daerah dianggap tidak mampu menyerap
dana yang dialokasikan, tentu saja alokasi DAK di tahun berikutnya bisa
berkurang,” tegas Marthen.
Hal ini tentu menjadi pukulan
bagi Mimika, mengingat DAK merupakan salah satu sumber penting pembiayaan
pembangunan, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.
Kondisi ini, lanjut Marthen,
menjadi bahan evaluasi serius bagi pemerintah daerah. Ia berharap OPD terkait
dapat memperbaiki tata kelola perencanaan hingga eksekusi program agar
peristiwa serupa tidak terulang.
“Jangan sampai setiap tahun ada
dana besar yang terbuang sia-sia. Kita perlu benahi mekanisme dari perencanaan,
lelang, hingga pelaksanaan agar lebih tepat waktu dan efektif,” kata Marthen.
Masyarakat tentu berharap agar
pemerintah daerah segera mengambil langkah perbaikan. Sektor pendidikan dan
kesehatan adalah dua kebutuhan dasar yang menyentuh langsung kesejahteraan
warga. Gagalnya puluhan miliar anggaran tentu meninggalkan kekecewaan yang
tidak bisa dianggap enteng.
“Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Ke depan, jangan ada lagi kegiatan vital yang terhambat hanya karena persoalan administrasi atau teknis yang seharusnya bisa diantisipasi,” pungkas Marthen.
Penulis: Jid
Editor: GF