logo-website
Rabu, 01 Okt 2025,  WIT

Eksploitasi Tambang Emas Blok Wabu di Intan Jaya Menimbulkan Kekhawatiran Rakyat Papua

Pemerintah siapkan lima perusahaan raksasa untuk mulai operasi pada 2026, sementara pengerahan militer intensif di Intan Jaya menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat

Papuanewsonline.com - 30 Sep 2025, 20:37 WIT

Papuanewsonline.com/ Ekonomi

Potret aparat TNI bersama masyarakat di Intan Jaya, Papua. Pengerahan militer dalam jumlah besar di wilayah ini menjadi sorotan seiring rencana pemerintah memulai eksploitasi tambang emas Blok Wabu.

Papuanewsonline.com, Jakarta – Rencana besar pemerintah Indonesia untuk melakukan eksploitasi tambang emas Blok Wabu di Intan Jaya, Papua, kini semakin jelas arahnya. Berdasarkan hasil rapat gabungan antara Kementerian ESDM, Komite II DPD RI, dan Komisi XII DPR RI pada 15 November 2024, diputuskan bahwa operasi tambang akan dimulai pada Maret 2026.


Lima perusahaan besar dipersiapkan untuk menjalankan proyek ambisius ini, termasuk PT ANTAM dan PT Freeport Indonesia. Blok Wabu sendiri dikenal memiliki cadangan emas bernilai ratusan triliun rupiah, menjadikannya salah satu potensi tambang terbesar di Indonesia bahkan dunia.


Untuk mendukung kelancaran proyek, pemerintah telah melakukan pengerahan militer dalam skala besar. Saat ini terdapat 31 pos TNI aktif di Intan Jaya, sebuah jumlah yang mencerminkan konsentrasi kekuatan negara di wilayah tersebut.

Langkah ini disebut sebagai upaya untuk menjaga keamanan, baik dari potensi gangguan kelompok bersenjata maupun dinamika sosial-politik di lapangan. Namun, pengerahan militer juga menimbulkan pertanyaan serius: apakah pengamanan ini benar-benar demi rakyat Intan Jaya atau justru lebih banyak untuk kepentingan eksploitasi tambang emas?

“Tanah kami kini dijaga ketat bukan untuk kepentingan rakyat Papua, melainkan untuk kepentingan kolonial Indonesia dan dunia internasional,” kata Marten Hagisimijau, Aktivis Mahasiswa Papua, dalam keterangannya.

Masyarakat Intan Jaya, yang sebagian besar menggantungkan hidup dari pertanian tradisional, kini dihadapkan pada ancaman hilangnya ruang hidup dan ketidakpastian masa depan. Kehadiran tambang emas berskala besar berpotensi menimbulkan dampak lingkungan serius, mulai dari kerusakan hutan, pencemaran sungai, hingga memicu gelombang pengungsian akibat konflik bersenjata.

Di sisi lain, pemerintah pusat berargumen bahwa proyek ini akan menjadi motor penggerak ekonomi nasional sekaligus membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Papua. Namun, pengalaman dari proyek-proyek tambang sebelumnya membuat sebagian warga skeptis, lantaran manfaat ekonomi sering kali tidak sebanding dengan kerugian sosial dan lingkungan yang ditanggung masyarakat lokal.


Rencana eksploitasi Blok Wabu mencerminkan persimpangan besar bagi Papua. Di satu sisi, ada harapan akan peningkatan ekonomi nasional dan regional. Namun di sisi lain, ada ancaman terhadap keberlangsungan hidup masyarakat adat dan kelestarian lingkungan.

Dengan segala dinamika ini, keputusan pemerintah untuk melanjutkan eksploitasi Blok Wabu pada 2026 dipastikan akan terus menjadi perdebatan hangat, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

 

 

Penulis: Hendrik

Editor: GF

 

Bagikan berita:
To Social Media :
Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE