Persepsi Jujur dari Senggi: Lokakarya dan Momen Perpisahan Tim Ekspedisi Patriot
Setelah lebih dari satu bulan pendampingan lintas universitas di Kawasan Transmigrasi Senggi, lokakarya besar yang mempertemukan masyarakat adat, warga transmigran, serta para pemangku kepentingan
Papuanewsonline.com - 03 Des 2025, 22:09 WIT
Papuanewsonline.com/ Seni & Budaya
Papuanewsonline.com, Keerom — Sabtu, 29 November 2025 menjadi hari yang penuh arti bagi Tim Ekspedisi Patriot (TEP) Senggi. Setelah melakukan pendampingan dan penelitian intensif selama lebih dari satu bulan, tim yang terdiri dari lima perguruan tinggi nasional menggelar Lokakarya Persepsi Jujur dari Senggi di Balai Pertemuan SP 2 Kampung Woslay. Acara ini sekaligus menjadi momen perpisahan antara tim akademisi dengan masyarakat yang selama ini menjadi mitra utama dalam pengumpulan data dan pendampingan lapangan.
Suasana hangat langsung terasa sejak awal acara. Masyarakat
adat, warga transmigran, perangkat kampung, tokoh adat, tokoh agama, hingga
aparat pemerintah distrik dan kabupaten turut hadir memberikan dukungan.
Kebersamaan yang terjalin selama proses pendampingan tercermin dalam interaksi
akrab sepanjang kegiatan, menjadikan lokakarya ini bukan sekadar forum
akademik, tetapi juga ruang silaturahmi penuh kekeluargaan.
Acara dimulai dengan sambutan dari Plt. Dinas Transmigrasi Provinsi Papua, Ibu Irawati, yang memberikan apresiasi atas kerja kolaboratif TEP. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Pak Patras Kelpi selaku KUPT dan ondoafi setempat. Keduanya menekankan pentingnya riset komprehensif yang dilakukan lima perguruan tinggi tersebut dalam memberikan gambaran objektif terkait dinamika transmigrasi, sosial, dan ekonomi masyarakat Senggi.

Paparan materi dari tiap perguruan tinggi menjadi bagian
yang paling ditunggu. Tim ITB yang dipimpin Abdul Rohman Supandi
mempresentasikan evaluasi mengenai pelaksanaan transmigrasi di Senggi, mulai
dari kondisi infrastruktur, akses layanan dasar, hingga relasi sosial. Tim
UNPAD kemudian memaparkan kajian mengenai harmonisasi sosial antara masyarakat
adat Orang Asli Papua (OAP) dan warga transmigran, menekankan pentingnya dialog
dan pemahaman lintas budaya.
Selanjutnya, tim ITS yang diketuai Dhany Arifianto
menyampaikan rekomendasi teknis terkait kebutuhan infrastruktur dasar seperti
jalan, air bersih, listrik, dan fasilitas umum lainnya. Tim UI memberikan
gambaran mengenai penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat, khususnya kelompok
tani dan koperasi sebagai pilar pengembangan usaha lokal. Adapun tim IPB
University menyoroti potensi komoditas unggulan seperti padi, jagung, betatas,
dan kakao yang dinilai memiliki prospek pengembangan berbasis industrialisasi kecil.
Sesi berikutnya membuka ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi. Perwakilan masyarakat adat maupun transmigran berbagi pandangan mengenai kebutuhan ekonomi, pengembangan komoditas, serta harapan terhadap peningkatan kesejahteraan. Kepala Puskesmas Senggi juga turut menyampaikan pentingnya ketersediaan sarana kesehatan yang memadai, tenaga medis, dan data kependudukan yang akurat.

Sebagai tanda penghormatan, masyarakat adat kemudian
menggelar prosesi bakar batu (Barapen). Prosesi ini bukan hanya bentuk
apresiasi atas kerja keras TEP, tetapi juga simbol penerimaan dan persaudaraan
antara masyarakat Senggi dengan para anggota tim dari berbagai universitas.
Puncak acara ditutup dengan pembacaan Naskah Solidaritas Senggi, yang menjadi
komitmen bersama untuk menjaga kedamaian dan memperkuat kerja sama dalam
pembangunan kawasan.
Bagi Tim Ekspedisi Patriot, perpisahan ini bukan akhir
perjalanan, tetapi awal dari langkah baru untuk memastikan seluruh temuan dan
aspirasi yang dihimpun dapat dirumuskan menjadi rekomendasi konstruktif bagi
pemerintah daerah dan kementerian terkait. Senggi bagi mereka bukan sekadar
lokasi penelitian, tetapi ruang belajar bersama tentang kolaborasi,
keberagaman, dan nilai kebersamaan.
Penulis: Tim Ekspedisi Patriot
Editor: GF