Menko Polkam Tegaskan AI Sebagai Instrumen Strategis Nasional: Dorong Aparatur Kuasai Teknologi
Dalam kegiatan sosialisasi dan pengenalan Artificial Intelligence di lingkungan Kemenko Polkam, Menko Polkam menekankan pentingnya transformasi digital untuk memperkuat koordinasi kebijakan, deteksi dini, serta efektivitas pengambilan keputusan di sektor
Papuanewsonline.com - 16 Okt 2025, 01:39 WIT
Papuanewsonline.com/ Politik & Pemerintahan

Papuanewsonline.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polkam) terus berinovasi menghadapi tantangan era digital. Kali ini, langkah nyata tersebut diwujudkan melalui kegiatan “Sosialisasi dan Pengenalan Artificial Intelligence (AI) bagi Aparatur Kemenko Polkam” yang digelar di kantor Kemenko Polkam, Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Acara ini dipimpin langsung oleh Menteri
Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Jenderal TNI (Purn.) Djamari Chaniago,
didampingi Wakil Menteri Koordinator, Letjen TNI (Purn.) Lodewijk F. Paulus.
Keduanya menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan dalam
memperkuat sistem tata kelola politik dan keamanan nasional.
“Penguasaan teknologi Artificial
Intelligence bukan sekadar kebutuhan teknis, tetapi sudah menjadi tanggung
jawab strategis bangsa. Kita tidak boleh tertinggal dalam pemanfaatan AI untuk
mendukung kebijakan publik yang cerdas dan responsif,” tegas Menko Polkam
Djamari Chaniago dalam arahannya.
Menko Polkam menjelaskan bahwa AI
harus ditempatkan sebagai instrumen utama dalam memperkuat ketahanan informasi,
koordinasi lintas sektor, dan analisis kebijakan strategis. Melalui pemanfaatan
teknologi berbasis data ini, pemerintah diharapkan dapat mempercepat proses
pengambilan keputusan dan meningkatkan kemampuan deteksi dini terhadap potensi
gangguan politik maupun keamanan.
“AI dapat membantu kita membaca
pola ancaman lebih cepat, mengidentifikasi risiko secara akurat, dan merumuskan
kebijakan yang lebih adaptif. Dengan begitu, kita dapat mencegah krisis sejak
dini,” tambahnya.
Wamenko Polkam Lodewijk F. Paulus
turut menegaskan pentingnya kesiapan sumber daya manusia dalam mendukung
penerapan AI di lingkungan pemerintahan. Menurutnya, teknologi tidak akan
bermanfaat optimal tanpa kapasitas SDM yang memahami prinsip etika, keamanan
data, dan tata kelola digital.
“Transformasi digital bukan
sekadar soal perangkat lunak, tetapi soal kesiapan mindset aparatur. AI akan
efektif jika digunakan oleh birokrat yang paham arah kebijakan dan tanggung
jawab nasional,” ujar Lodewijk.
Sosialisasi ini menghadirkan dua
narasumber utama: Pengamat Teknologi Informasi Yono Reksoprodjo dan Tenaga Ahli
Utama Badan Komunikasi Pemerintah Wahyu Andrianto.
Keduanya membahas potensi penerapan AI di bidang pemerintahan, mulai dari
analisis big data, penguatan keamanan siber, hingga otomatisasi proses
administrasi.
Dalam pemaparannya, Yono
menyoroti pentingnya membangun sistem AI yang transparan, akuntabel, dan
berpihak pada kepentingan publik. Sementara Wahyu menjelaskan bagaimana
integrasi AI dapat mempercepat komunikasi dan respon kebijakan antarinstansi,
terutama dalam menghadapi isu strategis yang membutuhkan koordinasi cepat.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Sekretaris
Kemenko Polkam Letjen TNI Mochammad Hasan, Deputi Bidang Koordinasi Politik
Dalam Negeri Mayjen TNI Heri Wiranto, Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar
Negeri Dubes Mohammad K. Koba, Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara dan
Kesatuan Bangsa Mayjen TNI Purwito Hadi Wardhono, serta para Staf Ahli dan
pejabat eselon II.
Kehadiran para pejabat tinggi ini
menunjukkan dukungan penuh terhadap agenda transformasi digital di lingkungan
Kemenko Polkam, sekaligus menegaskan komitmen pemerintah dalam mengadopsi
teknologi modern untuk memperkuat sistem keamanan nasional yang tangguh dan
adaptif terhadap perubahan zaman.
Menutup kegiatan, Menko Polkam
menyampaikan bahwa penguasaan AI adalah bagian dari upaya membangun pemerintahan
yang cerdas, transparan, dan berorientasi pada solusi cepat berbasis data.
“Ke depan, tantangan keamanan
nasional tidak hanya datang dari aspek fisik, tetapi juga dari ruang digital.
Karena itu, penguasaan AI harus menjadi bagian dari budaya kerja baru di
Kemenko Polkam,” pungkas Djamari.
Dengan terselenggaranya sosialisasi ini, Kemenko Polkam berharap seluruh aparatur mampu beradaptasi terhadap perubahan teknologi dan terus meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi dinamika politik, hukum, dan keamanan yang semakin kompleks di era digital. (GF)