Guru Tewas Dianiaya, Sekolah Dibakar: MPR for Papua Desak Aparat Usut Tuntas Kekerasan di Yahukimo
Kasus kekerasan terhadap tenaga pendidik kembali mencoreng wajah kemanusiaan di Papua. MPR for Papua menyerukan langkah tegas dan investigasi menyeluruh agar peristiwa serupa tidak terulang.
Papuanewsonline.com - 15 Okt 2025, 20:38 WIT
Papuanewsonline.com/ Hukum & Kriminal

Papuanewsonline.com, Yahukimo – Suasana duka menyelimuti Distrik Holuwon, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Seorang guru bernama Melani Wamea ditemukan tewas mengenaskan setelah diduga dianiaya oleh Orang Tak Dikenal (OTK) di lingkungan Sekolah Jhon D. Wilson pada Jumat (10/10/2025). Peristiwa tragis itu tidak hanya merenggut nyawa seorang pendidik, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat setempat, terlebih setelah gedung sekolah ikut dibakar pascakejadian.
Ketua Majelis Permusyawaratan
Rakyat untuk Papua (MPR for Papua), Yorrys Raweyai, mengecam keras tindakan
brutal tersebut dan menegaskan bahwa kekerasan terhadap tenaga pendidik
merupakan bentuk kejahatan kemanusiaan yang tidak bisa ditoleransi.
“Siapa pun pelakunya, kekerasan
terhadap guru tidak bisa diterima atas alasan apa pun. Guru adalah pilar utama
masa depan bangsa, bukan pihak yang harus menjadi korban kebrutalan,” tegas
Yorrys dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Menurut Yorrys, kasus yang
menimpa Melani Wamea bukanlah insiden tunggal. Ia menyoroti bahwa kekerasan
terhadap tenaga pendidik di Tanah Papua telah terjadi berulang kali dalam
beberapa tahun terakhir. Sejumlah guru sebelumnya menjadi korban serangan, baik
mengalami luka berat maupun kehilangan nyawa.
Selain itu, fasilitas pendidikan
juga kerap menjadi sasaran amukan kelompok bersenjata. Salah satunya pembakaran
SMP Kiwirok oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada Senin (13/10/2025),
yang mengakibatkan proses belajar-mengajar lumpuh total di wilayah tersebut.
“Fenomena ini sudah terlalu
sering terjadi. Kita tidak boleh membiarkannya menjadi hal yang dianggap biasa.
Negara harus hadir melindungi mereka yang mengabdikan hidupnya untuk
mencerdaskan generasi Papua,” ujar Yorrys dengan nada tegas.
MPR for Papua mendesak aparat
keamanan untuk segera mengusut tuntas kasus ini hingga ke akar-akarnya. Yorrys
meminta agar setiap langkah penyelidikan dilakukan secara profesional,
transparan, dan berkeadilan.
“Kami meminta tindakan tegas dan
investigasi menyeluruh agar para pelaku kekerasan segera diproses sesuai hukum
yang berlaku. Jangan sampai rasa takut membungkam semangat para guru yang masih
bertugas di daerah rawan,” katanya.
Lebih jauh, Yorrys menilai
perlindungan terhadap tenaga pendidik harus menjadi prioritas utama pemerintah
pusat dan daerah, termasuk dengan memperkuat sistem keamanan di sekolah-sekolah
terpencil serta memastikan dukungan psikologis bagi guru dan siswa yang
terdampak.
Sementara itu, Sekretaris MPR for
Papua, Filep Wamafma, menilai kekerasan yang menimpa Melani Wamea dan
pembakaran sekolah di Yahukimo bukan sekadar masalah kriminal, melainkan isu
kemanusiaan yang mengancam masa depan pendidikan di Papua.
“Kekerasan terhadap guru dan
hancurnya sekolah adalah tragedi kemanusiaan. Ini bukan hanya soal hukum, tapi
juga menyangkut masa depan anak-anak Papua. Negara harus hadir memberikan
jaminan rasa aman,” ujar Filep.
Filep juga menyerukan kepada
seluruh elemen masyarakat, baik tokoh adat, agama, maupun organisasi
kemasyarakatan, untuk turut berperan aktif menciptakan lingkungan yang damai
dan mendukung keberlangsungan pendidikan.
Kematian Melani Wamea menjadi
pengingat keras bahwa perjuangan guru di Papua bukan hanya melawan keterbatasan
fasilitas, tetapi juga mempertaruhkan nyawa demi mencerdaskan generasi muda.
MPR for Papua menegaskan komitmennya untuk terus mengawal proses hukum hingga
tuntas, serta memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
“Guru adalah cahaya peradaban.
Jika mereka terus menjadi korban, maka gelaplah masa depan anak-anak Papua,”
pungkas Yorrys.
Penulis: Hendrik
Editor: GF