logo-website
Kamis, 16 Okt 2025,  WIT

Guru Tewas Dianiaya, Sekolah Dibakar: MPR for Papua Desak Aparat Usut Tuntas Kekerasan di Yahukimo

Kasus kekerasan terhadap tenaga pendidik kembali mencoreng wajah kemanusiaan di Papua. MPR for Papua menyerukan langkah tegas dan investigasi menyeluruh agar peristiwa serupa tidak terulang.

Papuanewsonline.com - 15 Okt 2025, 20:38 WIT

Papuanewsonline.com/ Hukum & Kriminal

Ketua MPR for Papua, Yorrys Raweyai, saat memberikan keterangan pers terkait kasus kekerasan yang menewaskan guru Melani Wamea di Yahukimo, Papua Pegunungan. Yorrys menegaskan MPR for Papua mendesak aparat keamanan untuk segera mengusut tuntas kasus tersebut dan menjamin keselamatan tenaga pendidik di Tanah Papua.

Papuanewsonline.com, Yahukimo – Suasana duka menyelimuti Distrik Holuwon, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Seorang guru bernama Melani Wamea ditemukan tewas mengenaskan setelah diduga dianiaya oleh Orang Tak Dikenal (OTK) di lingkungan Sekolah Jhon D. Wilson pada Jumat (10/10/2025). Peristiwa tragis itu tidak hanya merenggut nyawa seorang pendidik, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat setempat, terlebih setelah gedung sekolah ikut dibakar pascakejadian.


Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk Papua (MPR for Papua), Yorrys Raweyai, mengecam keras tindakan brutal tersebut dan menegaskan bahwa kekerasan terhadap tenaga pendidik merupakan bentuk kejahatan kemanusiaan yang tidak bisa ditoleransi.

“Siapa pun pelakunya, kekerasan terhadap guru tidak bisa diterima atas alasan apa pun. Guru adalah pilar utama masa depan bangsa, bukan pihak yang harus menjadi korban kebrutalan,” tegas Yorrys dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Menurut Yorrys, kasus yang menimpa Melani Wamea bukanlah insiden tunggal. Ia menyoroti bahwa kekerasan terhadap tenaga pendidik di Tanah Papua telah terjadi berulang kali dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah guru sebelumnya menjadi korban serangan, baik mengalami luka berat maupun kehilangan nyawa.

Selain itu, fasilitas pendidikan juga kerap menjadi sasaran amukan kelompok bersenjata. Salah satunya pembakaran SMP Kiwirok oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada Senin (13/10/2025), yang mengakibatkan proses belajar-mengajar lumpuh total di wilayah tersebut.

“Fenomena ini sudah terlalu sering terjadi. Kita tidak boleh membiarkannya menjadi hal yang dianggap biasa. Negara harus hadir melindungi mereka yang mengabdikan hidupnya untuk mencerdaskan generasi Papua,” ujar Yorrys dengan nada tegas.

MPR for Papua mendesak aparat keamanan untuk segera mengusut tuntas kasus ini hingga ke akar-akarnya. Yorrys meminta agar setiap langkah penyelidikan dilakukan secara profesional, transparan, dan berkeadilan.

“Kami meminta tindakan tegas dan investigasi menyeluruh agar para pelaku kekerasan segera diproses sesuai hukum yang berlaku. Jangan sampai rasa takut membungkam semangat para guru yang masih bertugas di daerah rawan,” katanya.

Lebih jauh, Yorrys menilai perlindungan terhadap tenaga pendidik harus menjadi prioritas utama pemerintah pusat dan daerah, termasuk dengan memperkuat sistem keamanan di sekolah-sekolah terpencil serta memastikan dukungan psikologis bagi guru dan siswa yang terdampak.

Sementara itu, Sekretaris MPR for Papua, Filep Wamafma, menilai kekerasan yang menimpa Melani Wamea dan pembakaran sekolah di Yahukimo bukan sekadar masalah kriminal, melainkan isu kemanusiaan yang mengancam masa depan pendidikan di Papua.

“Kekerasan terhadap guru dan hancurnya sekolah adalah tragedi kemanusiaan. Ini bukan hanya soal hukum, tapi juga menyangkut masa depan anak-anak Papua. Negara harus hadir memberikan jaminan rasa aman,” ujar Filep.

Filep juga menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat, baik tokoh adat, agama, maupun organisasi kemasyarakatan, untuk turut berperan aktif menciptakan lingkungan yang damai dan mendukung keberlangsungan pendidikan.

Kematian Melani Wamea menjadi pengingat keras bahwa perjuangan guru di Papua bukan hanya melawan keterbatasan fasilitas, tetapi juga mempertaruhkan nyawa demi mencerdaskan generasi muda. MPR for Papua menegaskan komitmennya untuk terus mengawal proses hukum hingga tuntas, serta memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

“Guru adalah cahaya peradaban. Jika mereka terus menjadi korban, maka gelaplah masa depan anak-anak Papua,” pungkas Yorrys.

 

 

Penulis: Hendrik

Editor: GF

Bagikan berita:
To Social Media :
Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE