Presiden Prabowo Saksikan Penandatanganan Sejarah Penghentian Perang Gaza
Forum bergengsi di Mesir satukan para pemimpin dunia — langkah monumental menuju akhir konflik Gaza dan awal babak baru perdamaian di Timur Tengah.
Papuanewsonline.com - 14 Okt 2025, 16:34 WIT
Papuanewsonline.com/ Politik & Pemerintahan

Papuanewsonline.com, Sharm
El-Sheikh – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menghadiri Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh yang diselenggarakan di International
Congress Centre, Sharm El-Sheikh, Republik Arab Mesir, Senin (13/10/2025).
Forum penting ini menjadi saksi lahirnya kesepakatan bersejarah bagi kawasan
Timur Tengah: penandatanganan perjanjian perdamaian dan penghentian perang di
Gaza.
Kehadiran Presiden Prabowo bersama para pemimpin dunia lainnya menegaskan peran aktif Indonesia dalam upaya global menciptakan perdamaian dan stabilitas kawasan. Momen ini menjadi salah satu tonggak diplomasi internasional terbesar tahun 2025, menandai berakhirnya konflik yang telah menelan banyak korban jiwa dan menimbulkan penderitaan kemanusiaan mendalam di Gaza.
Penandatanganan dokumen
perdamaian dilakukan secara simbolis oleh empat pemimpin negara utama yang
berperan dalam proses negosiasi panjang:
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Republik Arab Mesir Abdel
Fattah El-Sisi, Presiden Republik Turkiye Recep Tayyip Erdogan, dan Emir Qatar
Syekh Tamim bin Hamad Al Thani.
Mereka menandatangani kesepakatan
di hadapan para kepala negara dan kepala pemerintahan dunia, termasuk Presiden
Prabowo Subianto yang turut hadir menyaksikan langsung jalannya upacara
tersebut.
Dalam sambutannya, Presiden
Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan bahwa perjanjian damai ini adalah
hasil kerja keras dan diplomasi panjang berbagai pihak.
“Warga sipil kini dapat kembali
ke rumah mereka, dan para sandera telah berkumpul kembali dengan keluarga
mereka. Ini adalah langkah besar menuju masa depan yang lebih aman dan stabil
di kawasan Timur Tengah,” ujar Trump di hadapan para pemimpin dunia.
Trump juga menegaskan bahwa tahap
selanjutnya adalah rekonstruksi dan rehabilitasi Gaza, yang akan difokuskan
pada pembangunan kembali infrastruktur, fasilitas publik, dan layanan
kemanusiaan dengan dukungan internasional.
Kehadiran Presiden Prabowo dalam
KTT ini menunjukkan meningkatnya peran diplomatik Indonesia di tingkat global,
khususnya dalam isu-isu perdamaian dunia. Pemerintah Indonesia dinilai
konsisten mengedepankan pendekatan diplomasi dan kemanusiaan dalam penyelesaian
konflik, sejalan dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif.
“Keterlibatan Indonesia dalam
proses perdamaian Gaza adalah cerminan tanggung jawab moral dan politik kita
untuk menjaga ketertiban dunia yang damai dan berkeadilan,” ungkap salah satu
pejabat Kementerian Luar Negeri yang mendampingi Presiden.
Indonesia juga diharapkan
memainkan peran strategis dalam pemulihan pascakonflik, termasuk melalui
dukungan kemanusiaan, pengiriman tenaga medis, dan kerja sama rekonstruksi
wilayah terdampak.
Sumber dari lingkaran Istana
menyebutkan bahwa Presiden Prabowo akan mengadakan pertemuan bilateral dengan
beberapa pemimpin negara di sela-sela KTT, untuk membahas kerja sama
pembangunan dan kemanusiaan di kawasan Timur Tengah.
Prabowo menekankan pentingnya
solidaritas global dan peran negara-negara berkembang dalam menjaga perdamaian
dunia.
“Indonesia akan selalu berpihak pada perdamaian dan kemanusiaan. Setiap langkah menuju penghentian kekerasan adalah kemenangan bagi kemanusiaan,” demikian disampaikan Presiden dalam keterangan tertulisnya.
Partisipasi aktif Indonesia dalam
KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh menjadi bukti nyata bahwa Indonesia tidak hanya
penonton, tetapi pemain penting dalam diplomasi global. Kehadiran Presiden
Prabowo di forum tersebut mencerminkan komitmen nasional dalam
mengimplementasikan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu “ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.”
KTT ini sekaligus menjadi simbol
harapan baru bagi rakyat Gaza dan kawasan Timur Tengah — bahwa perdamaian bukan
lagi sekadar wacana, melainkan kenyataan yang kini mulai diwujudkan.(GF)