Festival Pesona Meti Kei 2025 Resmi Dibuka: Perpaduan Budaya, Alam, dan Kebersamaan yang Menyatu
Rangkaian kegiatan budaya, kuliner, dan pariwisata memeriahkan pesisir Kepulauan Kei dalam perayaan fenomena alam unik Meti Kei yang hanya terjadi sekali dalam setahun
Papuanewsonline.com - 22 Okt 2025, 20:41 WIT
Papuanewsonline.com/ Seni & Budaya
Papuanewsonline.com, Maluku Tenggara — Langit biru dan semilir angin laut menjadi saksi kemeriahan pembukaan Festival Pesona Meti Kei 2025 yang digelar di Kabupaten Maluku Tenggara. Festival yang berlangsung dari 21 hingga 27 Oktober 2025 ini menjadi momen istimewa bagi masyarakat Kepulauan Kei untuk merayakan keindahan alam sekaligus kekayaan budaya lokal.
Pembukaan festival ditandai dengan pelepasan balon berwarna-warni ke udara oleh Bupati Maluku Tenggara, Muhamad Thaher Hanubun, bersama unsur Forkopimda, TNI, dan Polri di kawasan Monumen Evav Langgur. Momen simbolis ini menandai dimulainya rangkaian acara yang menggabungkan seni, budaya, dan tradisi bahari masyarakat Kei.

Festival ini berakar dari
fenomena alam khas Kepulauan Kei yang disebut “Meti Kei”, yaitu peristiwa
pasang surut laut ekstrem di mana air laut surut hingga sejauh ratusan meter,
memperlihatkan dasar laut yang luas seperti hamparan daratan baru. Fenomena ini
tidak hanya menakjubkan, tetapi juga menjadi simbol hubungan harmonis antara masyarakat
Kei dengan alam lautnya.
Salah satu kegiatan paling
dinantikan adalah tradisi “Wer Warat”, yakni penangkapan ikan secara
tradisional menggunakan daun kelapa yang dibentangkan di laut dan ditarik
bersama-sama oleh masyarakat. Tradisi ini bukan sekadar kegiatan menangkap
ikan, tetapi juga lambang kebersamaan dan kerja sama masyarakat pesisir.
“Festival ini tidak hanya untuk
hiburan, tapi juga menjadi wadah untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya,
tradisi, dan semangat gotong royong masyarakat Kei kepada dunia,” ujar Bupati
Muhamad Thaher Hanubun dalam sambutannya.
Selain Wer Warat, Festival Pesona
Meti Kei 2025 juga menghadirkan berbagai acara menarik seperti Lomba Goyang
Kreasi Meti Kei, pameran kuliner lokal, ekspedisi wisata alam, pagelaran musik
tradisional, hingga lomba perahu hias.
Acara ini menjadi magnet bagi
wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin menikmati perpaduan keindahan
alam pantai pasir putih, laut jernih, dan budaya yang masih terjaga
autentisitasnya.
Ketua Panitia Festival, Budhi
Toffy, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata dari upaya
pemerintah daerah dalam mendorong pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Festival Pesona Meti Kei bukan
hanya ajang seremonial, tetapi strategi promosi wisata yang berorientasi pada
pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat lokal,” jelas Budhi.
Festival tahunan ini telah
menjadi bagian penting dari kalender pariwisata Maluku Tenggara dan mendapat
dukungan penuh dari pemerintah daerah serta berbagai pihak, termasuk pelaku
UMKM, komunitas budaya, hingga organisasi pemuda.
Kehadiran berbagai instansi dan
perwakilan masyarakat dalam acara pembukaan menunjukkan tingginya semangat
kebersamaan untuk menjadikan Maluku Tenggara sebagai destinasi unggulan di
Indonesia timur.
Bupati Thaher Hanubun berharap
melalui festival ini, Maluku Tenggara dapat semakin dikenal sebagai daerah yang
kaya akan budaya, ramah wisatawan, dan memiliki potensi alam luar biasa.
“Kami ingin dunia melihat bahwa
Kepulauan Kei bukan hanya indah secara alam, tetapi juga kaya nilai-nilai
budaya dan solidaritas masyarakatnya,” tegasnya.
Dengan semangat pelestarian dan promosi budaya, Festival Pesona Meti Kei kini tidak hanya menjadi agenda lokal, tetapi juga menarik perhatian nasional. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI turut memberi apresiasi terhadap konsistensi pelaksanaan festival yang menjadi ikon wisata bahari Maluku Tenggara.

Festival ini juga menjadi ajang
bagi para seniman, pelaku ekonomi kreatif, serta generasi muda Kei untuk
menunjukkan karya dan inovasinya. Dari seni tari, musik tradisional, hingga
pameran kerajinan tangan, seluruhnya mencerminkan kekayaan warisan budaya yang
terus hidup dan berkembang di tanah Evav.
Rangkaian Festival Pesona Meti
Kei 2025 akan berlangsung hingga 27 Oktober dengan puncak acara “Wer Warat” di
pesisir Ohoi Ngilngof, salah satu lokasi paling indah di Maluku Tenggara.
Ribuan warga dan wisatawan diperkirakan akan hadir menyaksikan langsung atraksi
budaya dan fenomena alam yang menakjubkan ini.
“Kami ingin setiap orang yang
datang ke Kei pulang dengan kenangan, bukan hanya tentang pantai dan laut, tapi
juga tentang keramahan, kebersamaan, dan cinta terhadap alam,” ujar Budhi
menutup pernyataannya.
Festival ini membuktikan bahwa
pariwisata bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga tentang pelestarian
identitas dan kebanggaan lokal yang mendunia.
Penulis: Hendrik
Editor: GF