Pemprov Papua Dorong Batik dan Noken Jadi Sumber Kebanggaan dan Penggerak Ekonomi Kreatif
Momentum Hari Batik Nasional, pemerintah daerah tegaskan komitmen melestarikan warisan budaya sekaligus memajukan kesejahteraan masyarakat Papua
Papuanewsonline.com - 03 Okt 2025, 18:10 WIT
Papuanewsonline.com/ Seni & Budaya

Papuanewsonline.com, Jayapura – Pemerintah Provinsi Papua menegaskan optimismenya bahwa Batik Papua dan Noken, dua warisan budaya yang sarat nilai sejarah dan filosofi, bukan hanya sekadar simbol identitas, melainkan juga berpotensi besar sebagai motor penggerak ekonomi kreatif masyarakat Papua.
Dalam rangkaian peringatan Hari
Batik Nasional 2 Oktober 2025, Pemprov Papua menampilkan komitmen kuat untuk
menjaga keberlanjutan budaya asli, sekaligus memastikan nilai ekonominya bisa
dirasakan langsung oleh masyarakat lokal.
Kepala Dinas Komunikasi dan
Informatika Provinsi Papua, Jeri Agus Yudianto, menuturkan bahwa pelestarian
Batik Papua dan Noken tidak bisa dilepaskan dari strategi besar pengembangan
ekonomi daerah.
“Pemprov Papua sangat konsen
terhadap pelestarian Batik dan Noken karena keduanya bukan hanya simbol budaya,
tetapi juga warisan dunia yang telah diakui UNESCO, dan patut kita banggakan
bersama,” ujarnya di Jayapura, Kamis (2/10/25).
Sebagai langkah nyata, Pemprov
Papua telah mengeluarkan Surat Edaran Gubernur Papua Nomor 000.8 6/0054/SET
tertanggal 15 Januari 2025, yang mewajibkan penggunaan Batik Papua dan Tas
Noken Papua bagi ASN setiap hari Kamis dan Jumat.
Kebijakan ini diyakini akan
memperkuat rasa identitas budaya lokal sekaligus menumbuhkan kebanggaan
kolektif terhadap produk khas Papua. “Ketika ASN menggunakan Batik dan Noken,
itu memberi pesan bahwa budaya ini hidup dan dijaga oleh seluruh masyarakat,”
lanjut Jeri.
Tidak berhenti di aspek simbolik,
Pemprov Papua melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian juga telah menyiapkan
rumah produksi Batik Papua. Fasilitas ini ditujukan untuk meningkatkan
keterampilan perajin, memperkuat kualitas produk dan membuka peluang pasar yang
lebih luas, baik lokal, nasional, hingga internasional.
Dengan cara ini, perajin Batik
dan pembuat Noken tidak hanya menjadi pelestari budaya, tetapi juga pelaku
ekonomi kreatif yang bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga dan komunitas.
Menurut Jeri, langkah ini sejalan
dengan visi besar Pemprov Papua untuk memadukan pelestarian budaya dengan
pembangunan ekonomi yang inklusif.
“Kami ingin budaya ini tidak
hanya dipertontonkan pada hari-hari besar, tetapi benar-benar hidup, produktif,
dan memberi manfaat ekonomi nyata bagi masyarakat Papua,” pungkasnya.
Langkah Pemprov Papua ini
mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk komunitas perajin, pegiat
budaya, hingga akademisi, yang menilai kebijakan ini mampu menghubungkan
warisan budaya dengan tantangan pembangunan modern.
Penulis: Jid
Editor: GF